Banner 468 x 60px

 

Wednesday, April 10, 2019

PENDEKAR SYAIR BERDARAH

5 comments

Siapa yang tak kenal ARYA DWIPANGGA kakak ARYA KAMANDANU dalam serial silat tutur tinular , ARYA DWIPANGGA merupakan putra sulung dari MPU HANGGAREKSA dari kurawan. Arya dwipangga sangat ahli di bidang sastra dan sering menggaet wanita-wanita cantik dengan puisi serta syair-syair manisnya. Pekerjaannya sehari-hari hanya membuat puisi dan syair serta mabuk-mabukan, dia juga tidak mau berlatih kanuragan seperti adiknya. kerena kelakuan buruklnya arya dwi pangga merampas nari ratih kekasih arya kamandanu dengan menodainya, kemudian setelah menikah dengan nari ratih kelakuan edannya masi belum berubah malah tambah parah. Tak lama berselang arya dwipangga jatuh hati lagi pada meishin kekasih baru arya kamandanu dari tiongkok, dengan puisi-puisi serta syair-syair gombalnya meishin goyah juga kemudian arya dwipangga menodai meishin dengan kejamnya. Karena suatu kejadian arya kamandanu marah (mungkin ada kaitanya dengan nari ratih yang meninggal serta anaknya nari ratih yg ditelantarkan?? Hmm penulis lupa ) Mendapatkan kejadian itu arya kamandanu naik pitam dan menghajar arya dwi pangga dan dia terjatuh di sebuah jurang yang dalam. Didalam jurang dia bertemu kakek sakti dan mengajarkannya kanuragan dan silat, singkat cerita setelah keluar dari dalam jurang dia menjadi sakti mandra guna dan mendapatkan julukan PENDEKAR SYAIR BERDARAH.

AJIAN KIDUNG PAMUNGKAS ARYA DWIPANGGA



Ketika kata-kata
Sudah tidak bisa menjawab tanya
Maka bahasa pedanglah yang bicara
Bahasa para ksatria
Bahwa bumi menuntut sesaji darah manusia
Pedang
Taring betara kala sedang di amuk murka
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana
Bumi
Gelap pekat menangis air mata merah
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan
Tergelar dari ujung pedang
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama

syair - syair berdarah
berjalan mengikuti hembusan angin
menapak di sunyinya alur kehidupan
bait demi bait terfatwa mematikan
menusuk dalam jantung kehidupan
merampas hatimu dengan serakah


ku mainkan nada-nada asmara
untuk mengoyak suci menjadi lara
ku renggut paksa indahnya anganmu
wahai ...wanita terlentanglah pasrah
sambut birahiku seribu kutuk

ku desah pelan syair-syair berdarah
merona merah merenda kata
semilir api menyentuh menyungkup
membanjiri tubuhmu beriak membara
mengelora panas dalam gejolak

aku pendekar syair berdarah
setiap desah adalah pujangga
hembusan angin adalah iramaku
menyebar mutiara sang kata cinta
syair berdarah melumat hawa 

Pendekar syair berdarah
ku berjalan terseok tanpa arah
melantunkan indah nada nada prahara
merenggut paksa insan bercinta
kutebas murka pedang berdarah
memutus kasih luka kecewa
syair berdarah menyebar angkara

aku tak percaya dengan cinta
sudah kucari ke pelosok dunia
tapi cinta tak punya rasa
hanya bergumul nafsu gairah
takkala cinta dua manusia
menyatu peluh raungan manja 

Aku kau usir pergi saat masih ingin menyusuri padang hatimu
Kini biarkanlah jalanku berlinang darah
rembulan memapahku perlahan menuju maut abadi... 

"Aku datang dari balik kabut hitam
Aku mengarungi samudera darah
Akulah pangeran kegelapan
Kan kuremas matahari di telapak tanganku
Kan kupecahkan wajah rembulan, pecah terbelah
Dengan KIDUNG PAMUNGKAS
Kan kubuat dunia berwarna merah...!"

"Kematian adalah kidung indah dalam hidupku
kematian tercium dari ujung ujung pedangku
kubeberkan dosa pada setiap tetes darahku
sembari kusiramkan api neraka
ke sekujur tubuhmu..."

"Akan kulumuri wajahmu dengan darah
manusia yang paling terkutuk 
kematian didalam nafasku
kematian di ujung ujung pedangku
kata membuat mantra
mantra menyusun daya
daya mantraku
mengunci semua daya 
daya mantraku
menyerang pikiran manusia 
kiduuuung pamungkaaaaas...!"

"Kepalsuan selalu menipu bumi
yang lembut dan jujur
topeng topeng putih yang semuci suci 
selalu laris terjual di pasar pasar
di warung warung 
karna terlalu banyak manusia busuK
ingin menutupi kebusukannya
aku datang dari balik kabut merah
terbang melintasi samudra darah
akan ku pecah wajah rembulan malam
akan kubuat isi alam menjadi kelam
akulah pangeran kegelapan
kidung pamungkas !

PUISI ARYA DWIPANGGA - DENDAM ABADI



Jangan ada suara kalau syairku sedang bicara
Karena suaraku ingin memutar balik cakra dunia
Kenapa orang bijak bicara dengan jumawa
Tidak ada yang abadi di dunia ini
Kecuali ketidakabadian itu sendiri
Padahal duka hidupku abadi
Luka hatiku abadi
Pagi mengusir malam
Siang menghardik embun
Dan malam menelan matahari juga abadi
Dari waktu ke waktu
Sampai ratusan abad sejak alam mayapada
Digelar para dewa
Dendamku pada Kamandanu juga abadi
Begitu juga dendamku pada nasib juga abadi
oooh...
Akan kutebar gelembung dendam rahwana
Menyebar ke seluruh mayapada
Menutup kayangan di puncak Mahameru

PUISI ARYA DWIPANGGA - LENGUH


Menari
Malam nanti rembulan kelabu
Duka menyelimuti kakiku
Linang darah, luka perpisahan

Kabut tebal suara malam
Debur.. Deru..
Alam semesta kutuklah cintaku
Terus kutuk sampai kau puas mengutuk

Ingin kususuri lagi rimbun rambutmu
Dengan dengus rinduku
Ingin kuhirup lagi sepoi
Semerbak wangi pori-porimu

Maharani
Cleopatra
Nariratih
Subadra

Darah ini masih mendebur
Gairah mengguntur
Sampai angkara hancur lebur
Cinta.. cinta.. 
padamu tak kunjung hancur

Masih kusimpan sisa desahmu
Lenguhmu

PUISI ARYA DWIPANGGA - SENDIRI


Malam sang penjaga kalutku
Bukan kuata rindu kugelut
Lain rasa pada wajah seraut
Masih sendiri kembara derita memagut
. . .
Mendebar semesta hati rengut
Kugambar wajahmu pada lembar rerumput
Angin mendera gelap rasa ia rebut
Tuntas kalut, gemelut, jiwamu jiwamu…
. . .
Sedih kudilayangi layang wajahmu
Ingin sauh kulempar jauh
Lembing lengking
Lenyap musnah dalam persinggahan maut
. . .
Apa daya kubenam segala rasa
Dalam gelora lautan darah
Kuturuti hanyut gelora
Nada.. sebersit kata..
. . .
Sendiri
Berbisik rinduku berisik
“Matilah kau Mar.."



SYAIR DUKA ARYA DWIPANGGA

Oh betara,
Sudah sulit ku bedakan hidup dan siksa
Setiap nafas dan langkah ku raja derita

Oh betara,
Buka matamu dan saksikan derita ku
Telah kau kalahkan aku dengan tangan perkasamu

Oh betara,
Kini mimpi-mimpiku pun hitam gelap
Segelap bola mata ku

Letih sudah kaki menyelusuri lembah
Tapi,
Perjalanan tidak kunjung usai
Tidak terperih luka
Carut marut oleh onak duri
Oh..
Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa

Gemulung halimun menutup jalan semua jalan
Tapi aku tetap ingin pulang
Dewa,
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa
Jangan peluk akhir perjalananku
Aku masih punyak rindu
Yang belum pupus
Jemariku belum lagi menyentuh bayang-bayang mimpi ku

Jagat dewa batara,
Sejuta kutuk pasu ku tadah dengan dada terbuka

Tapi belum juga kau satukan aku dengan anak-anakku
Oh..
Hanya rindu yang meratapi dosa-dosa
Busuk

Satu-satu
Orok dosaku mengering sudah
Satu-satu
Bayangan masa datang terasa benderang

Demikianlah sedikit cerita dari PENDEKAR SYAIR BERDARAH yang disetiap syairnya orang yang mendengar bakal celaka dan binasa. di setiap tempat yang ia datangi selalu jadi kuburan para korbannya. namanya santer di jagat dunia persilatan karena kesaktiannya... pada akhirnya dia menjadi buta oleh suatu hal (penulis lupa hehhehe) kemudian dia teringat akan dosa-dosanya dan bertobat mencari maaf pada meishin dengan berbagai cara,(proses ini sangat menyadihkan ) dan setelah mendapat maaf dari meishin serta anaknya dia menjadi pendekar kelana yang tak tentu arah untuk menebus dosanya... sekian :)

5 comments:

Unknown said...

Gambar Arya Bipangga di atas terlalu berlemak untuk seorang pemabuk.

Masykur said...

Namanya buatan Indonesia boss!
😀😀😀
Tp syair²nya itu super mantap ketika dibawakan.
Sekali² tontonlah tutur tinular.
😇😇😇

Unknown said...

Aku sair-sairnya. Menggambarkan bahwa penulis cerita sandiwara radio ini jago bikin puisi.

Amiruddin, S. Pd. I said...

Siapa yg jago? Dwi pangga? Atau sang sutradara?

Unknown said...

Yang melunturkan semua ilmu dari Arya Dwipangga adalah MPU lingga dengan sebuah kidung yang akhirnya menyebabkan dia buta

Post a Comment

 
SEMUA ILMU © 2019